KALIMAT EFEKTIF
*) Sebelum mempelajari materi tentang kalimat efektif, terlebih dahulu Anda harus
memiliki pemahaman tentang jenis-jenis kalimat serta unsur-unsur pembangun
kalimat. Pada umumnya materi tersebut telah Anda pelajari di SMP dan SMA. Untuk
melengkapi dan menghindari pemahaman yang keliru, Anda boleh mencari UNSUR-
UNSUR PEMBANGUN KALIMAT dan JENIS-JENIS KALIMAT sebagai pelengkap danj an
pengayaan..
Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk mengungkapkan gagasan penutur/penulis secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini akan menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti ada dalam pikiran pendengar atau penulis. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau penutur secara tepat sehingga pendengar atau pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
Ada sejumlah ciri-ciri atau persyaratan yang harus dipenuhi untuk menciptakan efektivitas sebuah kalimat, yaitu adanya (1) kesatuan, (2) kepaduan, (3) keparalelan, (4) ketepatan, (5) kehematan, (6) kelogisan.
1) Kesatuan
Yang dimaksud dengan kesatuan adalah terdapatnya satu ide atau gagasan pokok dalam sebuah kalimat. Dengan satu ide itu kalimat boleh saja panjang atau pendek, menggabungkan lebih dari satu kesatuan, bahkan dapat mempertentangkan kesatuan yang satu dengan yang lainnya asalkan ide atau gagasan kalimatnya tunggal. Artinya, tidak ada penambahan unsur lain yang tidak memiliki hubungan sama sekali ke dalam kalimat.
Contoh :
a) Penggunaan bahasa yang baik masyarakat membutuhkan acuan yang tepat.
(terdapat subjek ganda dalam kalimat tunggal)
Contoh kalimat yang tepat:
- Masyarakat membutuhkan acuan yang tepat dalam penggunaan bahasa
yang baik.
b) Dengan pemahaman yang benar menghindari kesalahan perhitungan.
(Ada yang salah dengan kalimat ini? Bagaimana memperbaikinya?)
Kesatuan gagasan akan tercipta dengan menghindari beberapa hal, antara lain:
a. Kalimat itu memiliki subjek dan predikat yang jelas (tidak terdapat subjek ganda)
b. Kata penghubung intrakalimat tidak digunakan dalam kalimat tunggal.
c. Predikat kalimat tidak didahului kata ‘yang’.
2) Kepaduan (Koherensi)
Yang dimaksud dengan kepaduan atau kohenrensi adalah terbentuknya hubungan yang padu antara unsur-unsur pembentuk kalimat. Unsur pembentuk kalimat dalam hal ini adalah kata,frasa, klausa, (S- P- O- Pelengkap- Ket)serta tanda baca.
Contoh :
a) Yang saya sudah sarankan adalah merubah judul daripada itu makalah.
(kesalahan pemakaian ejaan, kata, frasa)
Contoh kalimat yang tepat:
- Saya sudah menyarankan untuk mengubah judul makalah itu.
b) Tentang masalah itu telah mendapat penjelasan kami.
(Ada yang salah? Bagaimana memperbaikinya?)
3) Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesejajaran atau kesamaan bentuk, unsur-unsur yang sama derajatnya, sama pola atau susunan kata dan frasa dalam kalimat . Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya harus menggunakan nomina. Jika bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga harus menggunakan verba, dan seterusnya.
Contoh:
a) Kegiatan utama dalam program ini adalah penyajian makalah, pentas seni,
dan mendokumentasikan sastra lisan. (kata-kata dalam predikat memiliki
bentuk berbeda)
Contoh kalimat yang tepat:
- Kegiatan utama dalam program ini adalah penyajian makalah, pementasan
seni, dan pendokumentasian sastra lisan.
b) Demikianlah untuk bapak ketahui, dan atas perhatiannya saya ucapkan
terima kasih. (Ada yang salah? Bagaimana memperbaikinya?)
4) Penekanan
Yang dimaksud dengan penekanan ialah terjadinya suatu perlakuan khusus atau penonjolan pada kata tertentu dalam kalimat sehingga berpengaruh terhadap makna kalimat secara keseluruhan. Beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk menegaskan atau memberi penekanan dalam kalimat, antara lain:
a) Menempatkan kata yang ditonjolkan di awal kalimat.
Contoh : Pada bulan September kakakku akan menikah.
(penekanannya adalah ‘bulan September’)
b) Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh : Bukan sejuta, sepuluh juta, atau seratus juta, tetapi semilyar rupiah telah
dikorupsinya.
c) Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh : Saya suka kecantikan budinya; saya suka kecantikan hatinya; saya suka
kecantikan wajahnya.
d) Mempertentangkan atau mengontraskan ide yang ingin ditonjolkan.
Contoh : Frendo bukan anak yang ramah dan sopan, tetapi sombong dan pemarah.
e) Menggunakan partikel penegas (Partikel : lah, kah, tah, pun)
Contoh : Sedikit pun aku tak sanggup mengerjakan soal yang sulit itu.
5) Kehematan
Kehematan berarti adanya upaya untuk menghindari penggunaan kata-kata yang tidak perlu Kehematan tidak berarti menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat melainkan mempertimbangkan penggunaan kata-kata dengan baik sehingga tidak mubazir, tidak menjamakkan kata yang sudah jamak, tidak mengulang subjek, sehingga kalimat menjadi padat berisi. Dengan demikian, penghematan berarti penghematan terhadap kata-kata yang tidak diperlukan sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara:
a) Menghindari pengulangan subjek
Contoh: Ia tidak hadir karena ia tidak diundang.
Seharusnya : Ia tidak hadir karena tidak diundang.
b) Menghindari pemakaian superordinat dan hiponimi.
Contoh: Lusi mengenakan baju warna biru.
Seharusnya : Lusi mengenakan baju biru.
c) Menghindari kesinoniman dalam satu kalimat.
Contoh: Marco menurunkan buku ke bawah agar supaya mudah dijangkau.
Seharusnya: Marco menurunkan buku supaya mudah dijangkau.
d) Tidak menjamakkan kata-kata yang sudah berbentuk jamak.
Contoh: Dyana membagikan makanan kepada beberapa anak-anak.
Seharusnya: Dyana membagikan makanan kepada beberapa anak.
6) Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Logis dalam hal ini juga menuntut adanya pola pikir yang sistematis. Ebuah kalimat yang sudah benar strukturnya, sudah benar pemakaian tanda bacanya, sudah benar penggunaan kata atau frasa, dapat menjadi keliru jika maknanya lemah dari sisi logika berbahasa.
Contoh :
a) Kambing jantan milik Ivan senang mandi hujan. (padahal kambing tidak
suka air)
b) Untuk mempersingkat waktu, kita teruskan rapat ini. (Ada yang salah?)
Dalam kehidupan sehari-hari, kadang-kadang kita mendengar orang-orang di sekitar kita berbicara satu sama lain memakai kalimat yang tidak efektif. Kalau tuturan itu berlangsung dalam situasi nonformal, tentu kualitas kalimat yang dipakai tidak terlalu dipermasalahkan. Tetapi, sering terjadi orang menuturkan kalimat yang tidak efektif dalam situasi yang formal. Bagi orang-orang terpelajar atau yang kesadaran berbahasanya cukup tinggi, mendengar bahasa yang kuramg rapi atau tidak rapi terasa sangat mengganggu.
Demikian pula dalam pemakaian bahasa tulis. Di berbagai tempat sering terbaca oleh kita berbagai produk komunikasi tulis yang bahasanya, kalimatnya tidak efektif. Keadaan seperti ini selain berpengaruh terhadap penyampaian informasi, juga sangat mengganggu kenyamanan berkomunikasi. Oleh sebab itu, kemampuan merumuskan kalimat yang tepat dalam arti mencapai keefektivan yang maksimal menjadi sangat penting untuk menciptakan komunikasi yang berkualitas.
Tugas kelompok 1:
- Untuk memperdalam pemahaman anda, temukanlah kesalahan-kesalahan diksi yang ada pada salah satu artikel suratkabar atau majalah yang anda miliki, kemudian cobalah memperbaikinya.
- Salin-ketik artikel tersebut terlebih dahulu, cantumkan identitas Koran, tanggal terbit, dsb, kemudian koreksilah menurut Pedoman EyD Bhs. Indo, diksinya, dan kalimat efektif.
- Hasil kerja dikirim via pos el: valentino_eryk@yahoo.co.id, sebelum tanggal 26 Juni 2010 Pukul 24.59 WIT. Jangan lupa cantumkan nama-nama anggota kelompok; beri tanda pada nama jika ada anggota kelompok yang tidak bekerja.
*) Ada pertanyaan, tanggapan, contoh kasus? Silakan klik “komentar”. Di bawah ini, atau kirim pesan via sms/Facebook.
Terima kasih.
Senin, 09 Januari 2012
Materi VI
PARAGRAF DAN PENGEMBANGANNYA
Kemampuan berbahasa seseorang erat hubungannya dangan kemampuan berpikir Bahasa seseorang mencerrminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa semakin cerah dan jelas jalan pikirannya. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang sistematis. Hal disebabkan karena menuangkan buah pikiran secara teratur terorganisasi kedalam sebuah tulisan yang dapat diikuti atau dipahami oleh orang lain bukanlah hal yang mudah.
Dalam menuangkan gagasan atau pikiran, kita dituntut untuk mampu menghubungkan kalimat-kalimat dengan kalimat lain dalam satu kesatuan yang padu. Hubungan itu mennyatakan kesatuan yang diikat oleh stuktur bahasa dan kesatuan yang logis. Dalam kegiatan tulis-menulis atau karang-mengarang ikatan ini dilahirkan dalam bentuk paragraf.
Pengertian Paragraf
Paragraf disebut juga alinea yang diserapdari bahasa Belanda yang berarti “mulai baris baru”. Selanjutnya kata paragraf diserap dari bahasa Inggris paragraph yang terbentuk kata dari bahasa Yunani para yang berarti “sebelum” dan grafein artinya “menulis, menggores”
Berdasarkan pengertian secara etimologis dapat dikatakan bahwa paragraf berfungsi untuk mennandai pembukaan topik baru atau pengembanngan lebih lanjut dari topik sebelumnnya. Paragraf tampak sebagai penggalan teks karena baris pertama yang menjorok masuk. Jika tidak bertakuh atau menjorok, paragraf yang satu dipisahkan dari paragraf yang lain oleh karena jarak baris yang lebar.
Sebagai penanda pembuka topik baru, paragraf menjadi inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan karena mengandung satu unit buah pikiran yang di dukung oleh semua kalimat di dalamnya, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau kalimat topik,kalimat-kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup. Dengan demikian, paragraf membentuk sebuah pikiran sebagai bagian dari pesan yang disampaikan penulis dalam karangan.
Syarat-Syarat Pembentukan Paragraf
Ada tiga syarat yang harus di penuhi oleh sebuh paragraf agardapat menyajikan gagasa yang baik. Pertama, kesatuan, yang berarti seluruh uraiannya terpusat pada satu gagasan saja. Oleh sebab itu, tidak boleh terdapt unsur-unsur yang sama sekali berhubungan dengan topik atau gagasan pokok tersebut. Rincian hendaklah tidak terlalu sedikit sehingga tidak menyulitkan pembaca untuk memahami isi paragraf.Sebaliknya rincian yang bertele-tele akan menjemukan pembaca. Contohnya :
Untuk meningkatkan kualitas email gigi,maka tambahan zat yang mengandung fluorin, yaitu SnF2 dan NaF ke dalam odol. Penambahan fluorin dilakukan karena email gigi megandung hidroksi apatit, 3Ca3 (PO4), Ca(OH)2, dan dan sebagian karbonat. Sisa makanan yang membusuk menhasilkan asam yang dapat merusak hidroksi apatit. Dengan adanya fluorin akan membentuk zat fluor aptit sehingga terrbentuk gigi yang kuat dan tahan asam.
Gagasan pokok paragraf di atas adalah alasan penambahan zat yang mengandung fluorin ke dalam odol untuk meningkatkan kualitas email gigi. Kalimat yang membentuk gagasan pokok ini suda cukup jelas dan bulat tetapi pembaca masih mengharapkan keterangan lebih lanjut. Oleh sebab itu gagasan pokok ini masih membutuhkan kalimat-kalimat rincian yang mendukung gagasan tersebut, yaitu :
- Sisa makanan yang membusuk menghasilkan asam yang dapat menghasilkan hidroksi apatit pada email gigi.
- Ion fluorin membentuk zat fluoroyang membuat gigi kuat dan tahan asam.
Kedua, Kepaduan yang berarti sebuah paragraf harus dititikberatkan pada hubungan antara kalimat dengan kalimat. Kepaduan paragaraf dapat dibangun dengan memperhatikan :
1. Unsur kebahasaan yang digambarkan dengan : a) Repetisi atau pengulangan kata kunci
b) Kata ganti
c) Kata atau ungkapan penghubung intra maupun antar kalimat
2. Pola pengembangan paragraf
a) Pola urutan waktu atau proses (Kronologis)
b) Pola urutan logis (sebab-akibat)
c) Pola urutan ruang (Spasial)
d) Pola urutan analogi (Perbandingan dan pengandaiaan)
e) Pola susunan daftar
f) Pola susunan contoh
g) Pola susunan bergambar
h) Pola urutan proses
i) Pola urutan klasifikasi
CONTOH POLA URUTAN WAKTU
Teh telah lama dikenal oleh manusia. Orang-orang Cina telah memulai tradisi minum teh 2000 sampai 3000 tahun yang silam. Minuman yang beraroma khas ini masuk ke Jepang sehinga menjadi kebiasaan pula di sana. Hal ini terjadi kira-kira tahun 800 M. Selanjutnya, orang-orang Belanda yang mulai berdagang dengan orang-orang di Timur pada tahun 1610 membawa teh ke Eropa. Sesudah itu the menjadi terkenal di Eropa. Di Inggris kedai-kedai kopi muncul.Di Amerika teh menandai peristiwa penting, yaitu Boston Tea Party.
Pada paragraf diatas urutan waktu atau aspek kronologisnya tampak dari penggunaan kata-kata penghubung selanjutnya, sesudah itu, dan masa waktu yang dikemukakan dengan angka-angka tahun maupun perkiraan waktu.
CONTOH POLA URUTAN LOGIS
Aspek kendaraan juga mengeluarkan gas beracun CO, Apalagi mobil tua kadar CO yang dilepas akan lebih banyak. Gas CO sangat beracun karena gas itu berikatan dengan hemoglobin dalam darah. Hemoglobin adalah suatu protein dalam darah yang bertugas mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh dan sebaliknya. Jika seseorang menghirup udara dengan kadar 750 ppm dapat mengakibatkan kematian karena orang tersebut. Oleh sebab itu jangan menghidupkan mesin di garasi tertutup dan juga jangan berlama-lama berhenti di traffic light
Pada paragraf diatas terdapat kata kunci mengakibatkan dan disebabkan oleh sebagai rambu sehingga jelas menunjukan bahwa paragraf menggikuti pola sebab-akibat. Namun, penanda-penanda seperti itu tidak selalu hadir atau diperlukan pada pola ini, terutama bagi penulis yang pandai merangkai sebab-akibat dengan baik. Contohnya
Timbulnya pencemaran Timbal dalam air minum paling sering disebabkan oleh korosi, yaitu reaksi antara air minum dengan pipa atau solder timbal. Walaupun pada zaman sekarang pipa timbal tidak banyak lagi digunakan dan diganti dengan pipa tembaga atau paralon, namun penggunaan solder timbal masih cukup luas. Dewasa ini, kebayakan bahan solder yang digunakan untuk menyambung pipa yang satu dengan yang lainnya mempunyai kadar timbal sekitar 50%
CONTOH POLA URUTAN ANALOGI
Pola ini di bagi lagi atas : (1) pola urutan perbandingan ; (2) pola urutan pengandaian. Keduanya memang membandingkan dua hal untuk melihat persamaan dan perbedaannya sedangkan pola pengandaian kita membandingkan dua hal yang berbeda, yang memiliki keserupaan sifat.
Contoh 1:
Grece Wyshak dari Harvard School of Public bersama satu tim peneliti mewawancarai 5.398 orang wanita. Pertanyaan yang diajukan antara lain menyangkut gaya hidup, diet, keikutsertaan mereka dalam atletik semasa di perguruan tinggi, dan keretakan tulang. Ternyata diantara mantan atlit perguruan tinggi itu, para peminum soda memiliki kemungkinan merngalami retak tulang pertama kali setelah usia 40 tahun, dua kali lebih besar daripada yang bukan peminum soda. Pada usia itu wanita memang mulai mengalami retak tulang akibat kerapuhan tulang.
Contoh 2:
Bila ditanya mana yang lebih baik; minum soda biasa (regular) atau yang diet, seorang ahli ilmu gizi yanmg telah mendapat sertifikat, menjawab : “Tidak dua-duanya!” “Tertapi jika anda sedang sekarat karena kehausan disebuah padang pasir, dan ada yang menawarkan anda minuman soda regular atau diet soda deangan aspartame di dalam diet soda tersebut, minumlah yang regular”.
POLA URUTAN GAMBAR
Dalam penulisan ilmiah, informasi yang sering di kemukakan dalam bentuk dafta. , Susunan daftar dapat disajikan secara berderet ke bawah atau membaur dalanm paragraf. Contohnya :
Berikut beberapa fakta untuk meyakinkan betapa merugikannya korosi besi.
Kasus pertama : Korosi menelan biaya yang tinggi.Pada tahun 1980 Institut Battelle memperkirakan kerugian Amerika Serikat sekitar 70 Milyar Dolar setahun
Kasus kedua : Korosi memboroskan sumber daya alam. Dalam 90 detik, 1 ton baja dapat diubah menjadi karat.
Kasus ketiga : Korosi dapat mendatangkan maut.Pada tahun 1985, bagian atas sebuah kolam renang di Swiss rubuh hingga menewaskan 12 orang dan melukai banyak orang. Diduga penyabab pendukungnya adalah baja pendukung yang berkarat.
( Demikianlah beberapa pola urutan sebagai contoh. Sila mencari pola urutan lainnya, untuk melengkapi materi ini, dan sebagai pengayaan materi)
Kemampuan berbahasa seseorang erat hubungannya dangan kemampuan berpikir Bahasa seseorang mencerrminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa semakin cerah dan jelas jalan pikirannya. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang sistematis. Hal disebabkan karena menuangkan buah pikiran secara teratur terorganisasi kedalam sebuah tulisan yang dapat diikuti atau dipahami oleh orang lain bukanlah hal yang mudah.
Dalam menuangkan gagasan atau pikiran, kita dituntut untuk mampu menghubungkan kalimat-kalimat dengan kalimat lain dalam satu kesatuan yang padu. Hubungan itu mennyatakan kesatuan yang diikat oleh stuktur bahasa dan kesatuan yang logis. Dalam kegiatan tulis-menulis atau karang-mengarang ikatan ini dilahirkan dalam bentuk paragraf.
Pengertian Paragraf
Paragraf disebut juga alinea yang diserapdari bahasa Belanda yang berarti “mulai baris baru”. Selanjutnya kata paragraf diserap dari bahasa Inggris paragraph yang terbentuk kata dari bahasa Yunani para yang berarti “sebelum” dan grafein artinya “menulis, menggores”
Berdasarkan pengertian secara etimologis dapat dikatakan bahwa paragraf berfungsi untuk mennandai pembukaan topik baru atau pengembanngan lebih lanjut dari topik sebelumnnya. Paragraf tampak sebagai penggalan teks karena baris pertama yang menjorok masuk. Jika tidak bertakuh atau menjorok, paragraf yang satu dipisahkan dari paragraf yang lain oleh karena jarak baris yang lebar.
Sebagai penanda pembuka topik baru, paragraf menjadi inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan karena mengandung satu unit buah pikiran yang di dukung oleh semua kalimat di dalamnya, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau kalimat topik,kalimat-kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup. Dengan demikian, paragraf membentuk sebuah pikiran sebagai bagian dari pesan yang disampaikan penulis dalam karangan.
Syarat-Syarat Pembentukan Paragraf
Ada tiga syarat yang harus di penuhi oleh sebuh paragraf agardapat menyajikan gagasa yang baik. Pertama, kesatuan, yang berarti seluruh uraiannya terpusat pada satu gagasan saja. Oleh sebab itu, tidak boleh terdapt unsur-unsur yang sama sekali berhubungan dengan topik atau gagasan pokok tersebut. Rincian hendaklah tidak terlalu sedikit sehingga tidak menyulitkan pembaca untuk memahami isi paragraf.Sebaliknya rincian yang bertele-tele akan menjemukan pembaca. Contohnya :
Untuk meningkatkan kualitas email gigi,maka tambahan zat yang mengandung fluorin, yaitu SnF2 dan NaF ke dalam odol. Penambahan fluorin dilakukan karena email gigi megandung hidroksi apatit, 3Ca3 (PO4), Ca(OH)2, dan dan sebagian karbonat. Sisa makanan yang membusuk menhasilkan asam yang dapat merusak hidroksi apatit. Dengan adanya fluorin akan membentuk zat fluor aptit sehingga terrbentuk gigi yang kuat dan tahan asam.
Gagasan pokok paragraf di atas adalah alasan penambahan zat yang mengandung fluorin ke dalam odol untuk meningkatkan kualitas email gigi. Kalimat yang membentuk gagasan pokok ini suda cukup jelas dan bulat tetapi pembaca masih mengharapkan keterangan lebih lanjut. Oleh sebab itu gagasan pokok ini masih membutuhkan kalimat-kalimat rincian yang mendukung gagasan tersebut, yaitu :
- Sisa makanan yang membusuk menghasilkan asam yang dapat menghasilkan hidroksi apatit pada email gigi.
- Ion fluorin membentuk zat fluoroyang membuat gigi kuat dan tahan asam.
Kedua, Kepaduan yang berarti sebuah paragraf harus dititikberatkan pada hubungan antara kalimat dengan kalimat. Kepaduan paragaraf dapat dibangun dengan memperhatikan :
1. Unsur kebahasaan yang digambarkan dengan : a) Repetisi atau pengulangan kata kunci
b) Kata ganti
c) Kata atau ungkapan penghubung intra maupun antar kalimat
2. Pola pengembangan paragraf
a) Pola urutan waktu atau proses (Kronologis)
b) Pola urutan logis (sebab-akibat)
c) Pola urutan ruang (Spasial)
d) Pola urutan analogi (Perbandingan dan pengandaiaan)
e) Pola susunan daftar
f) Pola susunan contoh
g) Pola susunan bergambar
h) Pola urutan proses
i) Pola urutan klasifikasi
CONTOH POLA URUTAN WAKTU
Teh telah lama dikenal oleh manusia. Orang-orang Cina telah memulai tradisi minum teh 2000 sampai 3000 tahun yang silam. Minuman yang beraroma khas ini masuk ke Jepang sehinga menjadi kebiasaan pula di sana. Hal ini terjadi kira-kira tahun 800 M. Selanjutnya, orang-orang Belanda yang mulai berdagang dengan orang-orang di Timur pada tahun 1610 membawa teh ke Eropa. Sesudah itu the menjadi terkenal di Eropa. Di Inggris kedai-kedai kopi muncul.Di Amerika teh menandai peristiwa penting, yaitu Boston Tea Party.
Pada paragraf diatas urutan waktu atau aspek kronologisnya tampak dari penggunaan kata-kata penghubung selanjutnya, sesudah itu, dan masa waktu yang dikemukakan dengan angka-angka tahun maupun perkiraan waktu.
CONTOH POLA URUTAN LOGIS
Aspek kendaraan juga mengeluarkan gas beracun CO, Apalagi mobil tua kadar CO yang dilepas akan lebih banyak. Gas CO sangat beracun karena gas itu berikatan dengan hemoglobin dalam darah. Hemoglobin adalah suatu protein dalam darah yang bertugas mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh dan sebaliknya. Jika seseorang menghirup udara dengan kadar 750 ppm dapat mengakibatkan kematian karena orang tersebut. Oleh sebab itu jangan menghidupkan mesin di garasi tertutup dan juga jangan berlama-lama berhenti di traffic light
Pada paragraf diatas terdapat kata kunci mengakibatkan dan disebabkan oleh sebagai rambu sehingga jelas menunjukan bahwa paragraf menggikuti pola sebab-akibat. Namun, penanda-penanda seperti itu tidak selalu hadir atau diperlukan pada pola ini, terutama bagi penulis yang pandai merangkai sebab-akibat dengan baik. Contohnya
Timbulnya pencemaran Timbal dalam air minum paling sering disebabkan oleh korosi, yaitu reaksi antara air minum dengan pipa atau solder timbal. Walaupun pada zaman sekarang pipa timbal tidak banyak lagi digunakan dan diganti dengan pipa tembaga atau paralon, namun penggunaan solder timbal masih cukup luas. Dewasa ini, kebayakan bahan solder yang digunakan untuk menyambung pipa yang satu dengan yang lainnya mempunyai kadar timbal sekitar 50%
CONTOH POLA URUTAN ANALOGI
Pola ini di bagi lagi atas : (1) pola urutan perbandingan ; (2) pola urutan pengandaian. Keduanya memang membandingkan dua hal untuk melihat persamaan dan perbedaannya sedangkan pola pengandaian kita membandingkan dua hal yang berbeda, yang memiliki keserupaan sifat.
Contoh 1:
Grece Wyshak dari Harvard School of Public bersama satu tim peneliti mewawancarai 5.398 orang wanita. Pertanyaan yang diajukan antara lain menyangkut gaya hidup, diet, keikutsertaan mereka dalam atletik semasa di perguruan tinggi, dan keretakan tulang. Ternyata diantara mantan atlit perguruan tinggi itu, para peminum soda memiliki kemungkinan merngalami retak tulang pertama kali setelah usia 40 tahun, dua kali lebih besar daripada yang bukan peminum soda. Pada usia itu wanita memang mulai mengalami retak tulang akibat kerapuhan tulang.
Contoh 2:
Bila ditanya mana yang lebih baik; minum soda biasa (regular) atau yang diet, seorang ahli ilmu gizi yanmg telah mendapat sertifikat, menjawab : “Tidak dua-duanya!” “Tertapi jika anda sedang sekarat karena kehausan disebuah padang pasir, dan ada yang menawarkan anda minuman soda regular atau diet soda deangan aspartame di dalam diet soda tersebut, minumlah yang regular”.
POLA URUTAN GAMBAR
Dalam penulisan ilmiah, informasi yang sering di kemukakan dalam bentuk dafta. , Susunan daftar dapat disajikan secara berderet ke bawah atau membaur dalanm paragraf. Contohnya :
Berikut beberapa fakta untuk meyakinkan betapa merugikannya korosi besi.
Kasus pertama : Korosi menelan biaya yang tinggi.Pada tahun 1980 Institut Battelle memperkirakan kerugian Amerika Serikat sekitar 70 Milyar Dolar setahun
Kasus kedua : Korosi memboroskan sumber daya alam. Dalam 90 detik, 1 ton baja dapat diubah menjadi karat.
Kasus ketiga : Korosi dapat mendatangkan maut.Pada tahun 1985, bagian atas sebuah kolam renang di Swiss rubuh hingga menewaskan 12 orang dan melukai banyak orang. Diduga penyabab pendukungnya adalah baja pendukung yang berkarat.
( Demikianlah beberapa pola urutan sebagai contoh. Sila mencari pola urutan lainnya, untuk melengkapi materi ini, dan sebagai pengayaan materi)
Rabu, 04 November 2009
Renungan dari Bilik Rantau
PANTASKAH INI DIRENUNGKAN ??
(bukan puisi, bukan cerpen; hanya mengikuti kata hati)
Beberapa waktu belakangan ini, entah mengapa saya senang sekali memikirkan, atau tepatnya baru menyadari (agak terlambat memang, tapi tak mengapa!) bahwa dalam hidup ini, sesungguhnya segala sesuatu telah berjalan sesuai dengan jalurnya. Hidup telah mengatur agar setiap kepingan peristiwa untuk setiap orang, setiap keluarga, setiap masyarakat, selalu bersinggungan dengan waktunya sendiri-sendiri. Peristiwa-peristiwa itu seperti disimpan dalam bentuk bongkahan es di freezer kulkas kita, dan akan mencair begitu kita kehausan dan ingin minum lalu mengambil bongkahan es itu, lalu memasukkannya dalam gelas berisi sirup, teh, coklat, coca-cola, bir, dan sebagainya. Pada waktu yang telah ditentukan, peristiwa-peristiwa itu akan pecah seperti ledakan bom. Partikel-partikel peristiwa itu akan memecah lalu menyebar mengenai orang-orang. Tetapi hanya orang-orang yang telah ditetapkan untuk terkena ledakan itu saja yang bisa merasakan efek ledakan itu.
Agama menyebutnya takdir, kodrat alam, kehendak Tuhan, dan lain sebagainya. Tetapi sesungguhnya hal itu adalah esensi hidup itu sendiri. Artinya, manusia yang memilih tak beragama akan merasakan dan menikmati hal yang sama dengan manusia yang paling intim menyembah tuhannya sekalipun. Esensi hidup yang tak memihak itu berlaku bagi semua manusia yang tinggal di kolong langit. Entah itu pengikut Buddha, umat Muhammad, pecinta Yesus Kistus dari Nazareth, bahkan penyembah batu, hamba matahari, dan pelayan raja iblis Lucifer sekalipun. Hanya saja, cara menyikapi esensi hidup dengan konsekuensi manis dan pahit, hitam dan putih, terang dan gelap, akan berbeda-beda, tergantung seberapa intim manusia itu dengan langit, dan seberapa optimis dia memandang esensi hidup itu.
Terang dan gelap, siang dan malam, pagi dan petang datang bergantian. Matahari dan bulan muncul saling bersusulan dengan waktu yang ditetapkan mereka sendiri. Tak ada satu tangan pun yang dapat mengubah jalur, tempat, dan waktunya. Segala yang dimulai selalu harus berakhir. Lebih tepatnya, pasti berakhir. Tidak ada kata selama-lamanya dalam hidup manusia yang telah terstempel esensi hidup. Kesementaraan semuanya absolut. Yang selama-lamanya hanya esensi hidup itu sendiri.
Sebenarnya, sejak manusia masih berwujud sel telur yang baru sepersekian detik dibuahi kecambah sperma yang nakal dan hiperaktif, esensi hidup itu telah mengikat kuat dan mendakwa manusia pada suatu jaring laba-laba berkekuatan superlengket, lebih kuat dari senjata milik Spider Man. Manusia telah diikat dengan benang jaring laba-laba tak terputuskan bernama hukuman mati, seperti terdakwa bom Bali, hanya saja waktunya tidak diketahui. Tak ada alasan untuk menolak ketika waktu eksekusi itu datang dengan berjuta variasi bentuk. Tak ada perbuatan baik atau tidak baik yang bisa mengganti hukuman mati menjadi hanya hukuman cubit, hukuman jitak, dan hukuman bebas murni. Tak ada sogok-menyogok seperti yang dilakukan para pencuri uang rakyat. Hukuman mati itu melekat seperti rambut mata dan kelopaknya, seperti bintang dengan kerlipnya.
Manusia tak perlu kuatir atau cemas mengingat usia yang sudah menginjak empatpuluhan tapi pangeran atau putri impian tak kunjung datang. Itu berarti, esensi hidup memberi teka-teki yang nanti akan dijawabnya sendiri. Begitu pula dengan persoalan rambut memutih, pekerjaan tak kunjung mendapat promosi, atau dana yang tak mencukupi untuk membangun rumah impian. Sekali lagi, semua adalah teka-teki hidup yang akan dijawabnya sendiri, suatu saat nanti. Kita hanya perlu mengerjakan hal-hal yang menjadi bagian kita. Selebihnya, hidup akan menentukan putarannya. Tak perlu ngoyo, overpracticed, atau terengah-engah berusaha mencapai target. Esensi hidup tak mengenal target. Ia hanya mengenal harapan dan kesempatan.
Esensi hidup itu memperlakukan hidup manusia seperti lomba lintas alam di gunung-gunung nan hijau. Setiap pesertanya diharuskan menempuh jalur tertentu dengan banyak pos-pos atau tempat berhenti, entah untuk sekadar istirahat, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang menentukan nilai akhir, atau malah hanya buang hajat. Setiap pos akan dijadikan titik tolak untuk melangkah ke pos berikutnya sampai tahap akhir lomba itu, ketika kaki mulai terasa melemah, tubuh dehidrasi dan gontai, dan semangat telah mendekati titik nol. Mereka yang menikmatinya akan merasakan esensi hidup dalam hembusan sejuk angin gunung, hijau pepohonan, romantisme padang savanna, dan lain sebagainya. Sementara mereka yang merasa terpaksa akan merasakannya sebagai siksaan lalu mulai memandang ke belakang, meributkan soal jarak yang sudah ditempuh tapak kaki, merengek tentang sepatu yang mulai membuat lecet kaki, atau bahkan terisak karena tak sanggup lagi menghabiskan sisa jarak tempuh dengan sukarela, lalu memilih berbalik, terbang seperti burung dan pulang ke sarang masing-masing, atau terduduk dan menangis pasrah, berharap ada capung besi yang lewat dan menyelamatkan mereka. Tak semua orang akan mencapai kualitas yang sama. Tak semua orang mencapai garis akhir dengan standar nilai yang sama idealnya atau sesuai pos-pos yang telah ditentukan.
Dalam hidup, tak ada kebetulan, tak pernah dan tak harus ada kejutan.oleh karena itu, firasat, dugaan, dan ramalan tak lebih dari kosong belaka. Semuanya terjadi karena memang dipersiapkan untuk terjadi. Itulah esensi hidup. Hanya soal mulai, dan selesai. Berakhir. Semua manusia berlomba mencari jalan untuk menghindari, atau paling tidak mengulur waktu lebih lama. Tetapi akhir tetap akhir. Tak ada kompromi. Tak ada jalan kembali. Ketika akhir itu datang, hanya ada sedikit sekali manusia yang benar-benar siap untuk pasrah dan menyerah kalah. Akhir tetaplah akhir. Tak ada pilihan, tak ada keberatan. Tak ada alasan, tak ada pengertian, dan pertimbangan. Tak ada fasilitas. Tak ada katebelece. Baik pejabat yang naik sedan hitam berharga biaya hidup sejuta tahun bagi seorang pengemis di lampu merah; perempuan dan istri yang paling setia dan yang kurang setia; bocah yang tak mampu membedakan warna atau profesor yang semakin banyak tahu semakin lupa; mereka yang merasa diri normal dan yang bergumul melepaskan diri dari disorientasi tertentu; ulama, budak, homoseksual, lesbian, bayi, manula, waria, artis, gelandangan, konglomerat, presiden, teroris, semuanya tak akan luput. Itulah lagu berjudul esensi hidup. Harkat, kodrat, dan takdir dalam esensi hidup adalah satu hal : akhir. Tak peduli siapa dan bagaimana manusia itu, atau bagaimana caranya berakhir. Akhir, meski yang paling terakhir sekalipun, adalah tetap akhir. (YogyakartaCikDiTiroyanggelisah,01November2009,10.44am)
(bukan puisi, bukan cerpen; hanya mengikuti kata hati)
Beberapa waktu belakangan ini, entah mengapa saya senang sekali memikirkan, atau tepatnya baru menyadari (agak terlambat memang, tapi tak mengapa!) bahwa dalam hidup ini, sesungguhnya segala sesuatu telah berjalan sesuai dengan jalurnya. Hidup telah mengatur agar setiap kepingan peristiwa untuk setiap orang, setiap keluarga, setiap masyarakat, selalu bersinggungan dengan waktunya sendiri-sendiri. Peristiwa-peristiwa itu seperti disimpan dalam bentuk bongkahan es di freezer kulkas kita, dan akan mencair begitu kita kehausan dan ingin minum lalu mengambil bongkahan es itu, lalu memasukkannya dalam gelas berisi sirup, teh, coklat, coca-cola, bir, dan sebagainya. Pada waktu yang telah ditentukan, peristiwa-peristiwa itu akan pecah seperti ledakan bom. Partikel-partikel peristiwa itu akan memecah lalu menyebar mengenai orang-orang. Tetapi hanya orang-orang yang telah ditetapkan untuk terkena ledakan itu saja yang bisa merasakan efek ledakan itu.
Agama menyebutnya takdir, kodrat alam, kehendak Tuhan, dan lain sebagainya. Tetapi sesungguhnya hal itu adalah esensi hidup itu sendiri. Artinya, manusia yang memilih tak beragama akan merasakan dan menikmati hal yang sama dengan manusia yang paling intim menyembah tuhannya sekalipun. Esensi hidup yang tak memihak itu berlaku bagi semua manusia yang tinggal di kolong langit. Entah itu pengikut Buddha, umat Muhammad, pecinta Yesus Kistus dari Nazareth, bahkan penyembah batu, hamba matahari, dan pelayan raja iblis Lucifer sekalipun. Hanya saja, cara menyikapi esensi hidup dengan konsekuensi manis dan pahit, hitam dan putih, terang dan gelap, akan berbeda-beda, tergantung seberapa intim manusia itu dengan langit, dan seberapa optimis dia memandang esensi hidup itu.
Terang dan gelap, siang dan malam, pagi dan petang datang bergantian. Matahari dan bulan muncul saling bersusulan dengan waktu yang ditetapkan mereka sendiri. Tak ada satu tangan pun yang dapat mengubah jalur, tempat, dan waktunya. Segala yang dimulai selalu harus berakhir. Lebih tepatnya, pasti berakhir. Tidak ada kata selama-lamanya dalam hidup manusia yang telah terstempel esensi hidup. Kesementaraan semuanya absolut. Yang selama-lamanya hanya esensi hidup itu sendiri.
Sebenarnya, sejak manusia masih berwujud sel telur yang baru sepersekian detik dibuahi kecambah sperma yang nakal dan hiperaktif, esensi hidup itu telah mengikat kuat dan mendakwa manusia pada suatu jaring laba-laba berkekuatan superlengket, lebih kuat dari senjata milik Spider Man. Manusia telah diikat dengan benang jaring laba-laba tak terputuskan bernama hukuman mati, seperti terdakwa bom Bali, hanya saja waktunya tidak diketahui. Tak ada alasan untuk menolak ketika waktu eksekusi itu datang dengan berjuta variasi bentuk. Tak ada perbuatan baik atau tidak baik yang bisa mengganti hukuman mati menjadi hanya hukuman cubit, hukuman jitak, dan hukuman bebas murni. Tak ada sogok-menyogok seperti yang dilakukan para pencuri uang rakyat. Hukuman mati itu melekat seperti rambut mata dan kelopaknya, seperti bintang dengan kerlipnya.
Manusia tak perlu kuatir atau cemas mengingat usia yang sudah menginjak empatpuluhan tapi pangeran atau putri impian tak kunjung datang. Itu berarti, esensi hidup memberi teka-teki yang nanti akan dijawabnya sendiri. Begitu pula dengan persoalan rambut memutih, pekerjaan tak kunjung mendapat promosi, atau dana yang tak mencukupi untuk membangun rumah impian. Sekali lagi, semua adalah teka-teki hidup yang akan dijawabnya sendiri, suatu saat nanti. Kita hanya perlu mengerjakan hal-hal yang menjadi bagian kita. Selebihnya, hidup akan menentukan putarannya. Tak perlu ngoyo, overpracticed, atau terengah-engah berusaha mencapai target. Esensi hidup tak mengenal target. Ia hanya mengenal harapan dan kesempatan.
Esensi hidup itu memperlakukan hidup manusia seperti lomba lintas alam di gunung-gunung nan hijau. Setiap pesertanya diharuskan menempuh jalur tertentu dengan banyak pos-pos atau tempat berhenti, entah untuk sekadar istirahat, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang menentukan nilai akhir, atau malah hanya buang hajat. Setiap pos akan dijadikan titik tolak untuk melangkah ke pos berikutnya sampai tahap akhir lomba itu, ketika kaki mulai terasa melemah, tubuh dehidrasi dan gontai, dan semangat telah mendekati titik nol. Mereka yang menikmatinya akan merasakan esensi hidup dalam hembusan sejuk angin gunung, hijau pepohonan, romantisme padang savanna, dan lain sebagainya. Sementara mereka yang merasa terpaksa akan merasakannya sebagai siksaan lalu mulai memandang ke belakang, meributkan soal jarak yang sudah ditempuh tapak kaki, merengek tentang sepatu yang mulai membuat lecet kaki, atau bahkan terisak karena tak sanggup lagi menghabiskan sisa jarak tempuh dengan sukarela, lalu memilih berbalik, terbang seperti burung dan pulang ke sarang masing-masing, atau terduduk dan menangis pasrah, berharap ada capung besi yang lewat dan menyelamatkan mereka. Tak semua orang akan mencapai kualitas yang sama. Tak semua orang mencapai garis akhir dengan standar nilai yang sama idealnya atau sesuai pos-pos yang telah ditentukan.
Dalam hidup, tak ada kebetulan, tak pernah dan tak harus ada kejutan.oleh karena itu, firasat, dugaan, dan ramalan tak lebih dari kosong belaka. Semuanya terjadi karena memang dipersiapkan untuk terjadi. Itulah esensi hidup. Hanya soal mulai, dan selesai. Berakhir. Semua manusia berlomba mencari jalan untuk menghindari, atau paling tidak mengulur waktu lebih lama. Tetapi akhir tetap akhir. Tak ada kompromi. Tak ada jalan kembali. Ketika akhir itu datang, hanya ada sedikit sekali manusia yang benar-benar siap untuk pasrah dan menyerah kalah. Akhir tetaplah akhir. Tak ada pilihan, tak ada keberatan. Tak ada alasan, tak ada pengertian, dan pertimbangan. Tak ada fasilitas. Tak ada katebelece. Baik pejabat yang naik sedan hitam berharga biaya hidup sejuta tahun bagi seorang pengemis di lampu merah; perempuan dan istri yang paling setia dan yang kurang setia; bocah yang tak mampu membedakan warna atau profesor yang semakin banyak tahu semakin lupa; mereka yang merasa diri normal dan yang bergumul melepaskan diri dari disorientasi tertentu; ulama, budak, homoseksual, lesbian, bayi, manula, waria, artis, gelandangan, konglomerat, presiden, teroris, semuanya tak akan luput. Itulah lagu berjudul esensi hidup. Harkat, kodrat, dan takdir dalam esensi hidup adalah satu hal : akhir. Tak peduli siapa dan bagaimana manusia itu, atau bagaimana caranya berakhir. Akhir, meski yang paling terakhir sekalipun, adalah tetap akhir. (YogyakartaCikDiTiroyanggelisah,01November2009,10.44am)
Langganan:
Postingan (Atom)